“Sejak kecil dia suka menonton film atau pun konser penyanyi luar negeri di televisi. Dia sering membayangkan bisa seperti itu,” ungkap Elisabeth.
Morgan kecil bocah yang periang. Morgan cepat bergaul dengan teman-teman baru. Morgan juga suka sekali diajak jalan-jalan ke pantai.
Namanya juga anak pertama, si mama mengingat Morgan kecil sebagai bocah yang sedikit nakal. Apalagi kalau sedang menjaili kedua adiknya.
“Namun, dalam keadaan tertentu dia bisa menjadi kakak yang melindungi adik-adiknya,” sebut Elisabeth.
Dia tak mengekang ruang gerak Morgan. Bila banyak ibu lain membatasi jam main si anak, Elisabeth justru memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada Morgan.
Lama-lama, tumbuh jiwa mandiri dalam diri Morgan. Itulah titik balik kedewasaan Morgan di mata sang mama.
Morgan diberi kebebasan untuk hidup jauh dari orangtua, kala duduk di bangku SMA. Morgan disekolahkan di kota seberang. Ada yang bilang, masa SMA masa yang paling indah. Masanya cinta monyet.
Nah, diam-diam, Elisabeth sempat menemukan foto Morgan berdua dengan seorang cewek. Dia tersenyum, anaknya sedang jatuh cinta.
“Kalau Morgan punya pacar, dia selalu cerita. Morgan lebih dekat dengan saya, jadi, apa saja ia ceritakan,” ujar Elisabeth.
Sebenarnya, banyak ibu-ibu yang datang ke rumah Elisabeth untuk sekadar basi-basi mengarah pada perjodohan putri mereka dengan Morgan. “Tapi semua terserah Morgan, hatinya memilih siapa,” pungkas Elisabeth.
0 komentar:
Posting Komentar